Lembaga Donasi Yayasan Harapan Amal Mulia - Bantu Cukupi Nutrisi Yatim dengan makanbergizi

#Orangbaik, tanpa kita sadari, banyak sekali anak-anak yatim di luar sana yang tidak bisa mendapatkan makanan bernutrisi setiap harinya.

Bantu Cukupi Nutrisi Yatim dengan makanbergizi

Lokasi Donasi Seluruh Indonesia
Lokasi Donasi Seluruh Indonesia

Sampai dengan Telah selesai sejak 30 September 2020



Bantu sebarkan program ini melalui sosial media

#Orangbaik, tanpa kita sadari, banyak sekali anak-anak yatim di luar sana yang tidak bisa mendapatkan makanan bernutrisi setiap harinya.

Deskripsi Program

Sudah Makan Sehat Hari Ini?

Halo #orangbaik! Menurutmu, idealnya, berapa kali seseorang harus makan dalam sehari? Lalu, di atas piring atau kotak makanmu, menu makanan apa saja yang biasanya tersaji? Apakah dalam tiga kali sehari #orangbaik masih bisa mencicipi hidangan lezat lagi bergizi?

Kalau iya, jangan lupa bersyukur ya :). Sebab, kesempatan menyantap makanan sehat dan kaya nutrisi seperti itu, menjadi momen yang langka bagi salah satu sahabat kita, yaitu Genta.

Bagi Genta, roti mini yang dibandrol dengan harga seribu hingga dua ribu perak adalah solusi lapar andalan saat perutnya mulai keroncongan di tengah waktu istirahat sekolah. Ketika teman-temannya bisa membeli bubur, soto, dan es teh, anak yatim yang duduk di kelas 4 SD ini tetap setia dengan makanan favoritnya: si roti mini. Bukan tak mau ganti menu, melainkan karena dalam sehari, kakak Genta hanya membekalinya uang saku sejumlah dua ribu.

Sejak ayah meninggal, keluarga Genta andalkan bantuan tetangga untuk makan.

Genta adalah anak ketiga dari lima bersaudara. Keluarga mereka tinggal menumpang di sebuah bangunan kosong bekas sekretariat sebuah komunitas di Kampung Rawaselang, Desa Sindangjaya, Kab. Cianjur, Jawa Barat. Ayah Genta yang dulunya seorang pemulung, telah meninggal dunia belum lama ini (Oktober 2019), diduga karena serangan jantung.

Kepergian ayah Genta yang mendadak telah mengubah keluarga Genta dalam sekejap. Ibu dari Genta, Neni Haryani, harus berjuang menghidupi anak-anaknya tanpa memiliki pekerjaan. Alhasil, untuk sekadar makan pun, keluarga Genta hanya bisa mengandalkan bantuan beras atau lauk pauk dari tetangga.

Jika ada rezeki lebih, kedua kakak Genta yang sudah bekerja, Indra dan Tia, ikut membantu mebiayai sekolah adik-adiknya, serta membelikan tempe, tahu, atau jagung untuk persediaan di rumah. Indra dan Tia tak bisa bantu lebih banyak dari itu, sebab pendapatannya sebagai sopir angkot dan pekerja di sebuah salon kecil di kampung pun tak seberapa.

Lain tempat, lain kisah. Di rumah yatim Nurul Masakin - Sumedang, 18 anak yatim hanya bisa makan nasi garam dan selembar tempe sebagai lauknya.

Jika ada sumbangan dari beberapa pedagang di pasar sekitar, mie instan pun bisa jadi menu makan tambahan.

Hingga kini, Yayasan Nurul Masakin membina tak kurang dari 70 anak yatim di desa . 18 orang di antaranya bermukim di sini bersama seorang wali asuh, yaitu Bu Ibad.

Berbekal pengalaman masa kecil, Ibu Ibad, guru honorer yang menjadi salah satu penggagas pembangunan rumah yatim ini tergerak mendirikan tempat bernaung bagi anak-anak yang memiliki nasib serupa dengannya dahulu, yaitu anak-anak yatim dan dhuafa. Sejak kecil, Bu Ibad harus berjuang mengais rezeki sendiri hingga berhasil menjadi seorang sarjana. Nilai-nilai perjuangan itulah yang kemudian ditanamkan kepada para yatim binaan.

Maka, meski anak-anak yatim Nurul Masakin hidup dalam keterbatasan, hal tersebut tak menghalangi anak-anak yang mayoritasnya duduk di bangku SMP ini tumbuh jadi orang-orang yang mandiri. Buktinya, di sela-sela hari libur sekolah, mereka selalu mengisi aktivitasnya untuk bekerja. Ada yang mengajar, ada yang berjualan, ada pula yang jadi pengisi tangki pom bensin pinggir jalan. Meski giat bekerja, semangat belajar yang mereka punya pun tinggi-tinggi loh, Sahabat...

Contohnya Sahabat kita satu ini. Sumi namanya.

Sejak usia sekolah hingga kuliah, Sumi sudah gigih membantu keluarganya dengan berjualan dan bekerja apa saja di sela-sela jam sekolah. Dari es teh hingga aneka kue, semuanya giat Sumi jajakan sampai saat ini.

Kini, Sumi sudah kuliah di salah satu kampus swasta di Sumedang dengan tidak melupakan satu hal, yaitu bekerja. Baginya, bekerja tak sekadar dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pribadi saja, melainkan berbagi kepada adik-adik yatim lainnya di Nurul Masakin.

Sama halnya dengan Bu Ibad, Sumi pun ingin berbagi manfaat yang lebih besar kepada anak-anak yatim di Nurul Masakin. Namun, terang saja, penghasilannya sebagai guru TK paruh waktu pun belum bisa memenuhi kebutuhan kuliahnya sendiri.

#Orangbaik, tanpa kita sadari, banyak sekali anak-anak yatim di luar sana yang tidak bisa mendapatkan makanan bernutrisi setiap harinya.

Banyak pula orang-orang seperti Bu Ibad, Sumi, dan kedua kakak Genta, yang memiliki itikad baik untuk mencukupi kebutuhan yatim dan keluarganya, --namun harus terkendala oleh keterbatasan biaya.

Bersama Harapan Amal Mulia, yuk kita bantu sambung kembali harapan mereka melalui #donasimakanbergizi! Cukup berdonasi Rp10.000 per anak, #orangbaik bisa menghimpun sejuta kebaikan untuk kebahagiaan anak-anak yatim nusantara.

Ayo bantu sekarang, dan dukung semangat anak-anak yatim.

Sosial media terkait program