Baru kemarin rasanya Pak Yudi bisa berteduh sambil bekerja di tenda kecilnya, tenda sederhana ala tukang tambal ban dengan terpal yang menghalau panas.
“Mau ngadu kemana? Rasain aja, nikmati, memang begini adanya, yang penting kan kita sudah ikhtiar, pasrah aja”
Saat ini Pak Yudi hanya bisa berserah kepada yang maha kuasa. Seperti disambar petir di siang bolong, tenda kecil miliknya digusur karena pelebaran jalan. Kini, Ia hanya mengandalkan gerobak dorong untuk berkeliling mencari pelanggan. Rata-rata penghasilan dari sekali menambal tidak lebih dari 20 ribu rupiah.
Ada pelajaran yang bisa dipetik dari Pak Yudi saat proses wawancara berlangsung. Ia menjelaskan, bahwa berhutang belum menjadi pilihan untuk menafkahi keluarga. Pak Yudi juga menceritakan kondisi yang dialaminya dengan tegar.
“Yang menghibur (Di situasi seperti ini) hanya anak” kata Pak Yudi. Di tengah situasi sulit yang melanda hampir seluruh dunia, Pak Yudi bersyukur atas kehadiran keluarganya. Walaupun lelah mengitari Jakarta tanpa hasil, kedua anaknya adalah penyemangat untuk kembali berjuang.
Di luar sana, masih banyak orang seperti Pak Yudi yang terdampak COVID-19. Mereka hidup tanpa tau apakah besok dapur mereka masih mengebul atau tidak. Daripada berhutang, mereka lebih suka untuk berikhtiar sambil berdoa agar situasi ini cepat menemukan titik terang.
Kini kita tengah berada di bulan Ramadhan. Kita yang membaca kisah pak Yudi mungkin cukup beruntung karena masih menerima gaji bulanan dari sektor formal tempat kita bekerja. Yuk, bantu Pak Yudi dan pekerja sektor informal lainnya menjalani puasa dengan nyaman tanpa rasa was-was, caranya:
- Klik "Donasi Sekarang"
- Masukan nominal donasi
- Pilih bank (GO-PAY/BNI/BNI Syariah/Mandiri/BCA/BRI/Kartu Kredit)
- Dapatkan laporan lewat email
Informasi lebih lengkap dapat menghubungi: Herman (+62-896-3559-5921).
Tidak hanya berdonasi, teman-teman juga bisa membantu dengan cara menyebarkan halaman galang dana ini ke orang-orang terdekat agar semakin banyak orang yang ikut membantu.
Seluruh Indonesia
